PMII Dalam Pemilihan Umum Tahun 1971 dan Deklarasi Murnajti

A. PMII Dalam Pemilihan Umum Tahun 1971

Pesta demokrasi yang pertama kalinya diadakan sejak kelahiran orde baru mempunyai arti penting, tidak saja bagi pemerintah indonesia, tetapi juga bagi perjalanan PMII kelak dikemudian hari. Keterlibatan PMII dalam pemilu 1971 memang tidak secara langsung, tetapi PMII aktif mensukseskan pemilu ini dibawah panji-panji NU. Para tokoh-tokoh PMII yang terlibat aktif dalam lembaga pemenangan pemilu NU (LAPUNU) antara lain : Drs. Abduh addare sebagai sekretaris LAPUNU, Dr. Fahmi Ja’far sebagai wakil bendahara LAPUNU, dan sahabat Hasyim Adnan tampil sebagai juru kampanye NU yang sangat terkenal karena keberaniannya, sehingga praktis sumber daya dan tokoh-tokoh PMII tersedot untuk kepentingan kemenangan NU pada pemilu 1971 tersebut. Aktivitas yang dilakukan para aktivis PB PMII ini juga menular pada para fungsionaris-fungsionaris di tingkat cabang dan wilayah, seperti yang dilaporkan oleh buletin LAPUNU pusat nomor 3 April 1970

B. Deklarasi Murnajti

Keterlibatan PMII dalam dunia politik praktis yang terlalu jauh pada pemilu 1971 itu akhirnya sangat merugikan PMII sendiri sebagai organisasi mahasiswa. Akibatnya PMII banyak mengalami kemunduran dari segala aspek gerakannya. Hal ini juga berakibat buruk pada cabang PMII yang ada di daerah. Kondisi ini akhirnya menyadarkan PB PMII untuk mengkaji ulang kiprahnya yang selama ini dilakukan, khususnya dalam dunia politik praktis. Setelah melalui beberapa pertimbangan yang mendalam, maka pada Musyawarah Besar II tanggal 14-16 Juli 1972 PMII mencetuskan deklarasi Independen PMII di Murnajati Lawang, Malang, jawa timur meski Gagasan independensi PMII pertama kali muncul dalam Kongres IV pada 25-30 April 1970 di Makasar.

Sejak dicetuskannya Deklarasi Murnajati, PMII menjadi organisasi yang bebas menentukan kehendak dan idealismenya, tanpa harus berkonsultasi dengan organisasi manapun, termasuk NU. Akan tetapi keterpisahan secara struktural tidak membahasi ikatan emosional antara kedua organisasi ini. Antara keduanya masih mempunyai benang merah pemahaman ideologis, yaitu Ahlussunnah Wal-Jama’ah.

Deklarasi Murnajati

Bismillahirrahmanirrohiem

“kamu sekalian adalah sebaik-baik umat yang dititahkan kepada manusia untuk memerintahkan kebaikan dan mencegah perbuatan yang mungkar” (al-qur’an). Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), insyaf dan yakin serta tanggung jawab terhadap masa depan kehidupan bangsa yang sejahtera selaku penerus perjuangan dalam mengisi kemerdekaan Indonesia dengan pembangunan material dan spiritual. Bertekad untuk mempersiapkan dan mengambangkan diri dengan sebaik-baiknya :

  • Bahwa pembangunan dan pembaharuan mutlak memerlukan insan-insan Indonesia yang memiliki pribadi luhur, taqwa kepada Allah, berilmu dan cakap serta bertanggung jawab dalam mengamalkan ilmu pengetahuannya.
  • Bahwa Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia selaku generasi muda Indonesia sadar akan perananya untuk ikut serta bertanggung jawab bagi berhasilnya pembangunan yang dapat dinikmati secara merata oleh seluruh rakyat.
  • Bahwa perjuangan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan idealisme sesuai dengan deklarasi tawangmangu menuntut berkembangnya sifat sifat kreatif, keterbukaan dalam sikap dan pembinaan rasa tanggung jawab.
  • Berdasarkan pertimbangan diatas, maka Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia serta dengan memohon rahmat Allah SWT, dengan ini menyatakan diri sebagai “Organisasi Independen” yang tidak terikat dalam sikap dan tindakannya kepada siapapun dan hanya komited dengan perjuangan organisasi dan cita-cita perjuangan Nasional yang berlandaskan pancasila.
Dipublikasi di Artikel | Meninggalkan komentar

Hubungan Struktural PMII dengan NU Sebelum independen

Pada mulanya struktur organisasi PMII dai dalam partai NU berdasarkan surat keputusan (SK) PB NU tanggal 14 Juni 1960, dijadikan sebagai Badan Otonom (BO) NU yang bergerak dibidang pendidikan yaitu lembaga pendidikan (LP) Ma’arif NU. Keputusan itu kemudian dituangkan ke dalam peraturan dasar dan peraturan rumah tangga PMII BAB IV pasal 7 namun empat tahun kemudian dalam Muktamar NU yang ke 23 pada tahun 1964 di Bandung keberadaan PMII disahkan menjadi salah satu badan otonom NU dan sejajar dengan Badan otonom lainnya.

Sementara Badan Keluarga (BK) sesuai dengan Pasal 13 AD NU adalah organisasi non-politik (sosian kemasyarakatan) yang bersifat vertikal dan berhak mengatur rumahtangganya sendiri mempunyai hak mengatur kebijaksanaannya baik kebalam maupun keluar selama tidak bertetntangan dengan azas, tujuan dan haluan partai NU, namun secara struktural harus menginduk pada salah satu bagian atau badan otonom NU. Sementara banom merada dibawah koordinasi PB NU. dengan nama Peraturan Dasar (PD) dan Peraturan Rumah Tangga (PRT) yang bersumber pada AD NU Pasal 14 dan ATR NU BAB VIII Pasal 24.

Organisasi BO NU antara lain:

  1. Muslimat NU (bergerak di bidang kewanitaan)
  2. GP Anshor (bidang kepemudaan)
  3. Pertanian Nahdlotul Ulama (bidang pertanian)
  4. Serikat Buruh Muslimin Indonesia (bidang perburuhan dan ketanagakerjaan)
  5. Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (bidang kebudayaan)
  6. LP Ma’arif NU (bidang pendidikan)

Organisasi BK NU antara lain:

  1. PMII Jam’iatul Qurra wal Huffadz
  2. IPNU Stiching Wakafiyah
  3. IPPNU Persatuan Ahli Tariqat Mu’tabarah
  4. Fatayat Ittihadul Ma’ahidil Islamiyah
  5. Persatuan Guru NU

Badan keluarga yang menginduk pada LP Ma’arif NU antara lain PMII, IPNU, IPPNU dan Persatuan Guru NU.

Dipublikasi di Ke-Organisasian | Meninggalkan komentar

Deklarasi Tawang Mangu

PMII yang tergolong pemuda dan cukup mampu menempatkan eksistensinya dalam proporsi yang tepat meski kondisi saat itu hampir menjadikan organisasi mahasiswa ekstra kampus sebagai corong partai politik. PMII masih cukup mampu menegakkan nilai-nilai kemahasiswaannya dan terkait langsung dengan kepentingan masyarakat bangsa yang berkebangsaan itu. Pemikiran-pemikiran dan pendirian PMII mengenai masalah, baik berskala nasional maupun internasional. Seperti yang dirumuskan dalam kongres pertamanya di tawang mangu, selasa 23-26 Desember 1961, PMII mulai mengangkat sosialisme indonesia, pendidikan nasional, kebudayaan dan tanggung jawab PMII sebagai generasi baru bangsa.

Relevansi pemikiran itu terlihat jelas ketika deklarasi tawang mangu dijelaskan lebih rinci lagi dalam kongres kedua di jakarta 25-29 Desember 1963. Penegasan yang kemudian dikenal dengan penegasan Yogyakarta itu, berisi dua masalah penting yang kini tetap aktual, yakni malsalah sosialisme indonesia dalam artian struktural dan moral dilihat dari sudut pandang islam dan pendapat umum.

Sosialisme indonesia dalam artian struktur menurut PMII, tidak bisa lain daripada adanya pemerintahan yang stabil dan berwibawa sebagai pemimpin segala kerja dan daya cipta seluruh rakyat indonesia berpedoman pada pengabdian rakyat banyak berpegang teguh pada penghormaran mutlak hak-hak asasi manusia, dan demokrasi dalam bentuk hikmah kebijaksanaan  musyawarah tidak bisa lain daripada penyusunan tata perekonomian berdasarkan asas kekeluargaan dan gotong royong atau ta’awun dimana cabang produksi yang menyangkut hajat orang banyak yang termasuk bumi, air dan kekayaan alam dikuasai negara untuk kepentingan rakyat itu sendiri. Sedangkan cabang ekonomi yang bersifat menengah ringan diserahkan kepada masyarakat untuk melaksanakannya sambil dibebani pertanggung jawaban sosial yang maksimum”.

Sedangkan sosialisme dalam artian moral menurut PMII ”tidak lain sosialisme yang berdiri secara hikmat diatas falsafah pancasila, baik bersikap dan bertindak menurut garis tuntutan sikap Allah SWT. Dan cenderung pada pembagian kenikmatan hidup secara adil dan merata dan tindakan meninggalkan taraf hidup miskin sebagai suatu kewajiban moral yang amat tinggi nikmatnya dan tidak mungkin ditangguhkan lagi.

Selanjutnya pemikiran-pemikiran yang terkait dengan kepentingan nasional PMII mengusulkan diadakan Konferensi Islam Internasional (KIAA) pemikiran ini agaknya memang sekedar sumbangan dengan keputusan Muktamar NU. Namun dibalik itu, ternyata pernyataan Yogyakarta itu lahir atas dasar antisipasi perkembangan politik nasional yang mulai memanas akibat manuver PKI. Ini bisa dilihat dari perkembangan berikut ini pada acara trining course di mega mendung-Bogor, April 1965. Disini PMII tidak lagi menggunakan istilah demokrasi dalam menyatakan pemikiran-pemikirannya tetapi sudah menggunakan istilah glora yang lebih berkontrasi padasituasi yang mulai menggawat. Maka lahirlah gelora mega mendung yang berisi 5 butir masalah yang waktu itu tengah berkembang di masyarakat utamanya di masyarakat islam.  Lima masalah tersebut adalah tentang ukhuah islamiyah, watak umum organisasi, berpengetahuan dan berkesadaran politik, partisipasi dalam tahap-tahap revolusioner dan pondok pesantren.

Menurut PMII, “ukhuah islamiyah yang dikendaki adalah ukhuah yang sepenuhnya dapat dipertanggung jawabkan, dan dapat juga dipertanggung jawabkan menurut ukuran revolusioner dalam tindakan dan perbuatan konkrit adalah sepenuhnya kita jadikan terhadap pegangan ukhuah islamiyah yang kita jalankan”. Lantas dalam berpihak menurut pemikiran PMII kala itu, organisasi tak bisa lain kecuali berpihak kepada keutuhanan dan kepada sosialisme. Membela buruh tani dan menggayang habis kebodohan, kemiskinan dan kedzaliman memihak kepada perjuangan melawan Nekolin dan penghisapan manusia dalam segala bentuk manifestasinya.

Masih banyak pemikiran-pemikiran PMII yang masih aktual. Satu segi pemikiran mengenai pengetahuan dan kesadaran berpolitik. Disebutkan secara pasti bahwa PMII secara pasti menetapkan bahwa ilmu untuk diamalkan berarti mengabdikan untuk kepentingan agama, nusa dan bangsa.  Bagi PMII ilmu itu tidak lebih dari alat. Sedang politik tidak lebih dari sekedar prngetahuan dalam mengabdikan pada agama, nusa dan bangsa. Tidak lain dari integrasi total secara rohani dan jasmani dengan semua kekuatan revolusioner dan melawan semua musuh revolusi.

Dari pemikiran-pemikiran tersebut diatas sosok organisasi yang tergolong baru, PMII sebagai organisasi ekstra yang bernaung dibwah panji NU waktu itu sejauh disimak lewat produk-produk pemikirannya dalam dokumen tertulis dan distoris. Tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa PMII tetap sollid dalam menjaga eksistensinya sebagai elite terdidik, PMII tetap konsisten terhadap nilai-nilai dasar kemahasiswaan dan kepemudaannya. Sebagai intelektual islam PMII tetap menunjukan concernya terhadap persoalan kemasyarakatan, keislaman dan keindonesiaan.

Dipublikasi di Ke-Organisasian | Meninggalkan komentar

Makna dan Filosofi PMII

Makna “Pergerakan” yang terkandung dalam PMII adalah dinamika dari hamba (makhluk) yang senantiasa bergerak menuju tujuan idealnya memberikan manfaat bagi alam sekitarnya. Dalam konteks individual, komunitas maupun organisatoris, kiprah PMII haruslah senantiasa mencerminkan pergerakan menuju yang lebih baik sebagai perwujudan tanggung jawabnya memberi rahmat pada lingkungannya. Dalam hubungannya dengan orgnisasi mahasiswa menurut upaya sadar untuk membina dan mengembangkan potensi ketuhanan dan potensi kemanusiaan agar gerak dinamika menuju tujuannya selalu berada dalam kualitas kekhalifahannya.

Makna “Mahasiswa” yang terkandung dalam PMII adalah golongan generasi muda yang menuntut ilmu di perguruan tinggi yang mempunyai identitas diri. Identitas diri mahasiswa terbangun oleh citra diri sebagai insan religius, insan dinamis, insan sosial dan insan mandiri. Dari identitas mahasiswa tersebut, terpantul tanggung jawab keagamaan, tanggung jawab intelektual, tanggungjawab sosial kemasyarakatan dan tanggung jawab individual baik sebagai hamba tuhan maupun sebagai warga bangsa dan negara

Makna “Islam” yang terkandung dalam PMII adalah islam sebagai agama yang dipahami dengan haluan atau paradigma “ahlussunnah wal-jama’ah” yaitu konsep pendekatan terhadap ajaran agama islam secara proporsional antara iman, islam dan ikhsan yang didalam pola pikir, pola sikap dan pola perilakunya tercermin sikap-sikap selektif, akomodatif dan integratif.

Makna “Indoneseia” yang terkandung didalam PMII adalah masyarakat, bangsa dan negara indonesia yang mempunyai falsafah dan ideologi bangsa (Pancasila) serta Undang-Undang dasar 1945 dengan kesadaran kesatuan dan keutuhan bangsa dan negara yang terbentang dari Sabang sampai Marauke yang di ikat dengan kesadaran wawasan nusantara.

Secara totalitas PMII sebagai organisasi merupakan suatu gerakan yang bertujuan melahirkan kader-kader bangsa yang mempunyai integritas diri sebagai hamba yang bertakwa kepada Allah SWT, dan atas dasar ketakwaan berkiprah mewujudkan peran ketuhanannya membaangun masyarakat bangsa dan negara indonesia menuju suatu tatanan masyarakat yang adil dan makmur dalam ampunan dan rihdo Allah SWT.

Dipublikasi di Ke-Organisasian | Meninggalkan komentar

Sejarah PMII

A. Latar Belakang

Untuk pertama kali nya Pergerakan Mahasiswa Indonesia (PMII) didirikan pada tangal 17 april 1960, bertempat di Taman Pendidikan Khodijah, surabaya. Ide dasar berdirinya pergerakan mahasiswa islam indonesia bermula dari adanya hasrat kuat para mahasiswa nahdliyin untuk membentuk suatu wadah (organisasi) mahasiswa yang berideologi ahlussunnah waljama’ah (aswaja). Ide ini tidak dapat dipisahkan dari eksistensi IPNU/IPPNU (ikatan pelajar nahdlotul ulama-ikatan pelajar putri nahdlotul ulama). Pemikiran ini sempat terlontar pada kongres ke II tanggal 1-5 Januari 1957 di pekalongan, jawa tengah. secara historis, PMII merupakan mata rantai dari departemen perguruan tinggi IPNU yang di bentuk dalam kongres III IPNU di Cirebon, jawa barat pada tanggal 27-31 desember 1958 di cirebon, jawa barat. Tetapi para pucuk pimpinan IPNU sendiri tidak menanggapi secara serius. Hal ini mungkin dikarenakan kondisi di dalam IPNU sendiri masih perlu pembenahan, yakni banyaknya fungsionaris IPNU yang telah berstatus sebagai mahasiswa, sehingga dikhawatirkan bila wadah khusus untuk mahasiswa ini berdiri  akan mempengaruhi perjalanan IPNU yang baru saja terbentuk.

Langkah yang di ambil IPNU untuk menampung aspirasi para mahasiswa nahdliyin dengan membentuk Departemen Perguruan Tinggi IPNU pada kenyataan nya tidak berjalan sebagai mana yang di harapkan. Terbukti pada konprensi besar IPNU di kaliurang, Yogyakarta pada tanggal 14-16 Maret 1960, yang memutuskan terbentuk nya suatu wadah bagi mahasiswa nahdliyin yang terpisah secara struktural maupun fungsional dari IPNU/IPPNU. Sebenarnya usaha mendirikan suatu wadah/organisasi mahasiswa nahdliyin sudah ada sejak lama.

Pertama, terbukti dengan berdirinya IMANU pada bulan desember 1955 di jakarta. Namun kehadirannya belum bisa di terima oleh bayak pihak, tertama dari kalangan sesepuh NU sendiri. Sebab disamping kelahiran IPNU ang masih baru yaitu pada tangal 24 februari 1954 yang notabene pengurus nya adalah mahasiswa, sehingga dikhawatirkan jusru akan melumpuhkan IPNU.

Kedua, lahir nya Keluarga Mahasiswa Nahdlotul Ulama KMNU di surakarta pada tahun 1955 yang di prakarsai oleh H. Mustahal Ahmad, yang mana Organisasi ini mampu bertahan sampai lahirnya PMII pada tahun 1960.

Ketiga, di Bandung ada usaha serupa dengan nama PMNU (Persatuan Mahasiswa Nahdlotul Uama) dan masih banyak lagi di kota kota yang lain nya.

B. Situasi dan kondisi sekitar kelahiran pmii

Generasi muda khususnya mahasiswa merupakan kelompok terpelajar yang mendapat perhatian dari pemerintah, lantaran menyangkut masa depan kehidupan bangsa. Situasi dunia kemahasiswaan saat itu banyak terkait dengan kondisi politik nasional. Sebab sejarah kemahasiswaan di indonsia paralel dengan apa yang terjadi pada dasa warsa 1950-an.  Yang mana pada saat itu banyak mahasiawa lebih cenderung mejadi alat partai politik. Oleh karena itu wajar kalau organisasi mahasiswa harus terlibat dalam masalah penyusunan kabinet pada tahun 1955.

Keterlibatan mahasiswa dalam politik praktis diimbangi pula oleh aktivitas-aktivitas di bidang kepemudaan baik dalam skala nasional maupun internasional. Oleh karena itu jika mengungkapkan dunia kemahasiswaan secara organisasi pada tahun 1950-an memang sangat memungkinkan berdirinya organisasi baru kemahasiswaan yang bermunculan  dibawah naungan indukya seperti SEMMI (dengan PSII), KMI (dengan PERTI), HMI (under bone MASYUMI), IMM (dengan MUHAMMADIYAH) Dan masih banyak lagi. Ada dua organisasi yang tidak bisa lepas dari persaingan politik pada saat itu, seperti PPMI dan MMI. Bahkan persaingan dua organisasi federatif itu berlangsung hingga tahun 1965 tepat disaat meletusnya G.30.S/PKI. PPMI dan MMI yang sudah di  dominasi oleh CGMI(consentrasi gerakan mahasiswa indonesia) yang berhaluan komunis yang kemudian tamat riwayat nya bersamaan dengan penggayangan terhadap G.30.S./PKI.

Kelahiran PMII yang murni atas inisiatif mahasiswa mahasiswa nahdliyin ini, ternyata dikemudian hari masih menimbulkan masalah setidaknya bagi organisasi kemahasiswaan yang sudah ada, seperti HMI sempat mengalami goncangan internal. Sebab anggotanya yang berasal dari mahasiswanya nahdliyin akan keluar dari HMI kemudian bergabung menjadi anggota PMII. Kegoncangan ini dapat dilihat pada level pengurus pusat HMI, diantaranya ketua umum PB PMII Mahbub junaidi, Fahrurrazi dan Darto Wahab dipecat dari keanggotaan HMI. Masalahnya HMI menganggap kelahiran PMII itu sebagai sparatis. Walaupun menurut Tolchah Mansoer “mengapa PMII itu lahir?” karena HMI mengklaim dirinya sebagai satu-satunya organisasi mahasiswa Islam yang sudah tidak lagi mampu berdiri atas semua golongan. Misalnya di Yogyakarta kegoncaangan itu terjadi bersamaan dengan disidangkannya Syaiful Mujab oleh pengurus HMI Cabang Yogyakarta, yang kemudian ia dipecat dari keanggotaan HMI demikian juga dengan tuduhan-tuduhan “pemecah belah mahasiswa islam” selalu dialamatkan kepada Tolchah Mansoer dan Ismail Makky, dua orang mantan pengurus HMI Cabang Yogyakarta.

Walaupun perlakuan HMI seperti itu, tidak membuat PMII harus membalas dendamnya, pada saat HMI nyaris dibubarkan pemerintah menjelang meletusnya G.30.S/PKI, malah justru sebaliknya sahabat Mahbub membela HMI dari kepunahannya.

Ketika terjadi kekacauan dan ketimpangan sosial akibat G.30.S/PKI sayap muda NU yang tergabung dalam PMII dan GP Anshor mengutuk dan mengancam tindakan PKI. Sejumlah tokoh muda NU yang cukup berpengaruh kala itu merupakan tokoh yang terlibat aktif dalam memimpin serangkaian demonstrasi dan rapat akbar yang mendesak agar Soekarno membubarkan PKI pada 4 Oktober 1965. Padahal PKI merupakan representasi dari komunis dalam program nasakom yang diterima NU. Sebagai komponen muda bangsa yang selalu memainkan kontributifnya bagi perjalanan bangsa. Seperti salah satu kiprah PMII turut menjadi salah satu kekuatan pendorong utama dalam tradisi Orde Lama menuju Orde Baru, yang ditandai dengan terbentuknya KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia) yang saat itu ketua PB PMII sahabat Mohamad Zamroni menjabat sebagai Ketua Presidium KAMI yang menggelorakan perubahan dikalangan mahasiswa pada saat itu. Sehingga pada 4 November 1965 KAMI mengadakan aksi pertama pertama dalam bentuk rapat akbar dan mengeluarkan pernyataan sikap yang berisi kutukan terhadap PKI, selanjutnya KAMI dibawah kepemimpinan sahabat Zamroni.

C. Proses Kelahiran PMII

Seperti yang telah disebutkan diatas bahwa puncak konferensi besar IPNU pada tanggal 14-17 maret 1960 di kaliurang, yogyakarta mencetuskan suatu keputusan perlunya didirikan suatu organisasi mahasiswa yang terlepas dari IPNU baik secara struktural organisatoris maupun administratif. Yang kemudian dibentuklah panitia sponsor pendiri organisasi mahasiswa yang terdiri dari 13 orang dengan tugas melaksanakan musyawarah mahasiswa nahdliyin se-indonesia, bertempat di surabaya dengan limit waktu satu bulan setelah keputusan itu.

13 Pelopor pendiri organisasi NU

  1. Sahabat Cholid Mawardi (Jakarta)
  2. Sahabat Said Budairi (Jakarta)
  3. Sahabat M. Sobich Ubaid (Jakarta)
  4. Sahabat M. Makmun Syukri BA (Bandung)
  5. Sahabat Hilman (Bandung)
  6. Sahabat H. Isma’il Makky (Yogyakarta)
  7. Sahabat Musnif Nahrawi (Yogyakarta)
  8. Sahabat Nuril Huda Suaidy HA (Surakarta)
  9. Sahabat Laily Mansur (Surakarta)
  10. Sahabat Abd. Wahab Jailani (Semarang)
  11. Sahabat Hisbullah Huda (Surabaya)
  12. Sahabat M. Cholid Narbuko (Malang)
  13. Sahabat Ahmad Husain (Makasar)

Sesaat sebelum pelaksannan musyawarah mahasiswa nahdliyin 19 maret 1960, terlebih dahulu 3 orang perwakilan berangkat ke Jakarta menghadap Ketua Partai Nahdlotul Ulama yang diwakilkan oleh Sahabat Hisbullah Huda (Surabaya), Sahabat M. Said Budaury (Jakarta) dan Sahabat Makmun Syukri BA (Bandung) yang pada saat itu Partai NU diketuai oleh KH. DR. Idham Khalid untuk meminta nasehat sebagai pegangan pokok dalam musyawarah yang akan dilaksan. Dan pada tanggal 24 maret 1960 mereka diterima oleh ketua partai NU. Dalam pertemuannya KH. DR. Idham Khalid menekankan hendaknya organisasi yang akan di bentuk itu benar-benar dapat diandalkan sebagai kader partai NU, dan berprinsip ilmu untuk diamalkan bagi kepentingan rakyat, bukan ilmu untuk ilmu. Yang lebih penting lagi yaitu menjadi manusia yang cakap serta bertaqwa kepada Allah SWT. Setelah beliau menyatakan “merestui musyawarah mahasiswa nahdliyin yang akan diadakan di surabaya”.

Dipublikasi di Ke-Organisasian | Meninggalkan komentar

PENDIDIKAN KREATIF-PRODUKTIF DENGAN CINTA

Mendidik dengan cinta akan membuat peserta didik dapat merasakan makna cinta dalam hidup. Cinta membuat manusia kreatif dan produktif. Cinta yang merupakan wujud kesatuan interpersonal dan jawaban lengkap terhadap problem keterpisahan manusia memiliki beberapa indikator, yaitu:

Pertama, cinta adalah suatu kegiatan (activity), bukan afeksi pasif; cinta tetap tegak di dalam (standing in) bukan suatu yang “jatuh untuk” (falling for). Cinta merupakan suatu tindakan yang membawa perubahan atas situasi tertentu, lewat jalan pengerahan energi. Cinta tidak pernah bisa terwujud oleh paksaan.

Kedua, cinta selalu memuat elemen dasar perhatian, tanggung jawab, penghargaan dan pemahaman. Cinta adalah perhatian aktif terhadap kehidupan dan perkembangan dari yang dicintai. Cinta adalah tanggung jawab, yakni respon terhadap kebutuhan-kebutuhan manusia. Cinta membutuhkan penghargaan, yakni kemampuan untuk melihat seseorang apa adanya, dengan menyadari kekurangan dan keunikanya. Cinta membutuhkan pemahaman atau pengetahuan (knowledge) dan mengenali seseorang (knowing him) untuk menuntun dan menjadi dasar terwujudnya perhatian, tanggung jawab dan penghargaan.

photo

Ketiga, cinta memberi bukan menerima. Cinta itu memberikan sesuatu yang berharga dalam hidupnya, memberi kegembiraan, humor, kesedihannya dimaksudkan untuk meninggikan rasa hidup diri dan orang lain. Memberi membuat diri lebih berharga dan akan menimbulkan rasa gembira karena sebagai ungkapan kegembiraan hidup dan rasa syukur. Pemberi diibaratkan sebagai tangan diatas lebih baik daripada tangan dibawah.

Keempat, cinta adalah suatu kekuatan yang membangkitkan semangat serta memajukan orang lain dan menjadikan diri menjadi pribadi yang dicintai. Hidup ini merupakan timbal balik, seperti guru mengajar sekaligus diajar oleh muridnya, aktor dimotivasi oleh penontonya. Kebaikan akan menghasilkan kebaikan yang lain.

Mendidik dengan cinta membuat peserta didik selalu dalam senang dan dinamis. Dinamisme yang ada hendaknya diarahkan oleh pendidik untuk mendorong kreativitas peserta didik karena bangunan karakter dengan dasar cinta akan mampu bergerak kontinu tanpa mengenal lelah, bagaikan air jenih yang terus mengalir menghidupkan tanaman dan menyejahterakan manusia.

Semoga bermanfaat kawan 🙂

Dipublikasi di Pendidikan | Meninggalkan komentar

TRADISI DUGDERAN DI SEMARANG

Kirab-Dugderan-160615-tom-2

Sejarah Dugderan

        Sejak Islam masuk di Indonesia, ia telah berakulturasi dengan budaya lokal di berbagai daerah menghasilkan beragam manifestasi baik berupa arsitektur, pakaian, kuliner, hukum, sistem nilai, maupun ritual. Meskipun perwujudannya sangat lokal, tetapi kontennya bernafaskan Islam. Setiap daerah tentunya memiliki beragam tradisi yang mengakar dalam menyambut Bulan Ramadhan. Karena, Bulan Ramadhan selalu identik dengan bulan penuh berkah dan ampunan yang selalu dinantikan oleh segenap umat Islam di seluruh penjuru dunia.

       Masyarakat Semarang tentunya sudah tidak asing lagi dengan dugderan. Dugderan adalah tradisi khas Semarang yang digelar untuk menyambut datangnya Bulan Ramadhan. Biasanya, dugderan digelar sepekan sebelum puasa pertama. Di dalamnya terdapat pesta rakyat, tari-tarian, perlombaan, arak-arakan, dan pengumuman awal puasa sebagai puncak tradisi ini.

    Untuk menandai dimulainya bulan Ramadhan itu, maka diadakan upacara membunyikan suara bedug (Dug..dug..dug) sebagai puncak “awal bulan puasa” sebanyak 17 (tujuh belas) kali dan diikuti dengan suara dentuman meriam (der..der..der…) sebanyak 7 kali. Dari perpaduan antara bunyi dug dan der itulah yang kemudian menjadikan tradisi atau kesenian yang digagas oleh Bupati Raden Mas Tumenggung Aryo Purboningrat itu diberi nama “dugderan”.

       Selain bunyi bedug dan meriam itu, di dalam pesta rakyat dugderan ada juga maskot dugderan yang dikenal dengan istilah “Warak Ngendog”. Warak Ngendog ini adalah sebuah mainan jenis binatang rekaan yang bertubuh kambing dan berkepala naga dengan kulit seperti bersisik dibuat dari kertas berwarnawarni yang terbuat dari kayu juga dilengkapi beberapa telur rebus sebagai lambang bahwa binatang itu sedang ngendog (dalam bahasa Indonesia; bertelur). Maklum, waktu diselenggarakan dugderan kali pertama itu, Semarang sedang krisis pangan dan telur merupakan makanan mewah.

Dugderan-1-www.tribunnews.com_

Pesan di Balik Dugderan

      Meski dugderan sudah menjadi semacam pesta rakyat dan sudah menjadi tradisi yang cukup kuat dengan adanya perlombaan, karnaval,dan tarian, tetap saja dugderan tidak lepas dari puncak ritualnya berupa tabuh bedug dan halaqah yang menjadi akhir dari tradisi yang sudah bertahan seabad lebih itu. Karena itu, puncak ritual ini bukan semata-mata sekedar sebagai tradisi (kesenian rakyat), tapi salah satu budaya Islam Semarang yang punya pesan.

        Pertama, salah satu pesan yang cukup kuat digelarnya tradisi (atau budaya) dugderan ini adalah pengumunan dimulainya bulan suci Ramadhan. Pengumunan itu dilambangkan dengan ditabuhnya bedug yang menjadi satu “tetenger”. Juga, pemukulan bedug itu jadi konsensus yang meneguhkan atau memberikan justifikasi ketetapan jatuhnya tanggal 1 bulan Ramadhan pada esok hari, apalagi umat Islam tidak hanya di Semarang kerapkali memiliki perbedaan dalam menjalankan ibadah puasa di bulan suci Ramadhan.

       Selain itu, tradisi dugderan juga punya “unsur pendidikan” buat anak agar melaksakan ibadah puasa. Bentuk pendidikan itu dilambangkan dengan adanya warak ngendok yang dapat diartikan suatu lambang yang sarat dengan makna. Karena arti keseluruhan warak ngendog itu adalah seseorang haruslah suci, bersih dan memantapkan ketaqwaan kepada Allah dalam menjalani puasa. Karena itu, ini bisa menjadi pembelajaran bagi anak dalam mengenal ibadah puasa.

Dipublikasi di Budaya | Meninggalkan komentar

MUTLAQ MUQOYYAD

MAKALAH

MUTLAQ DAN MUQAYYAD

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas UTS Ulumul Qur’an

Dosen pengampu: H. M. Aji Nugroho, Lc. M.Pd.

 Logo IAIN

Disusun Oleh:

M. Fauzil ’Adzim (111-14-120)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2015/2016

Read More disini … Mutlaq Muqayyad

Dipublikasi di Ulumul Quran | Meninggalkan komentar

MASA PEMBINAAN PENDIDIKAN ISLAM PERIODESASI MEKAH MADINAH

MAKALAH

MASA PEMBINAAN PENDIDIKAN ISLAM

PERIODESASI MEKAH MADINAH

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Sejarah Pendidikan Islam

Dosen pengampu: Dr. H. Mukh. Nursikin., S.Ag.,M.SI., M.Pd.

Logo IAIN

Disusun Oleh:

Siti Aisyah               (111-14-087)

Mir’atul Khasanah (111-14-102)

M. Fauzil’Adzim      (111-14-120)

 

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2016

Selebihnya bisa didownload disini Masa Periodisasi Islam Mekkah Madinah

Dipublikasi di Sejarah Pendidikan Islam | Meninggalkan komentar

KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENYOROTI DARI BEBERAPA TOKOH-TOKOH DUNIA

MAKALAH

KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENYOROTI DARI BEBERAPA TOKOH-TOKOH DUNIA

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Sejarah Pendidikan Islam

Dosen pengampu: Dr. H. Mukh Nursikin., S.Ag., M.SI., M.Pd

Logo IAIN

Disusun Oleh

M. Fauzil ’Adzim (111-14-120)


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2016

Selebihnya bisa didownload disini Konsep Pendidikan Islam Menyoroti Beberapa Tokoh-Tokoh Dunia

 

 

Dipublikasi di Sejarah Pendidikan Islam | Meninggalkan komentar